13 KONSEP FILOSOFIS BURHANUDIN AZ-ZURNUZI
DALAM KITAB TA`LIM AL-MUTA`ALLIM
THARIQAT AT-TA`ALLUM
(Telaah Pemikiran Tarbiyah Burhanudin Az-Zarnuji)
Oleh : Ferdiansyah[1]
I. Pendahuluan
A. Latar belakang
Metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu.
1. Belajar bertujuan untuk mendapatkan penegetahuan, sikap, kecakapan dan keterampilan, serta akan menjadikannya berpribadian yang baik.Jadi yang dimaksud metode belajar adalah cara-cara yang dipakai oleh pelajaruntuk mencapai tujuan tersebut.
Kesalahan-kesalahan dalam metode belajar sering dilakukan murid,bukan saja karena ketidaktahuannya, tetapi juga disebabkan oleh kebiasaan-kebiasaan yang salah.
2. Keberhasilan dalam belajar direalisasikan dengan adanya perwujudan norma-norma dan nilai positif dalam metode dan pendekatan belajar tersebut.
Zainuddin[2], dkk dalam buku Seluk-beluk Pendidikan dari al Ghazali, menjelaskan tentang norma-norma positif dalam metode belajar, sebagai berikut :
a. Memperhatikan kemuliaan, kehormatan dan kewibawaan guru, sehinggga hubungan guru dan murid dapat berjalan dengan harmonis.
b. Memperhatikan kosentrasi dan suasana belajar dalam kelas, dan
c. Sopan santun dan tata krama dalam pergaulan sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
Menanggapi tentang metode belajar dalam kitab Ta`lim al-Muta`allim Tariqatta`llum Imam Az-Zarnuji banyak menguraikan metode belajar yangberguna dan akan membawa kesuksesan bagi orang yang menuntut ilmu.Zarnuji menjelaskan syarat-syarat memilih ilmu dan guru, hendaklah memelihilmu yang berguna, bukan yang baru lahir dan hendaklah memilih guru yang lebih alim, wara` dan lebih tua usianya.[3]
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah biografi singkat Burhanuddin Az-zurnuzi ?
2. Apa sajakah 13 konsep yang dikembangkan oleh Burhanuddin Az-zunurzi?
3. Bagaimanakah pembekalan metode belajar dalam kitab Ta’lim Muta’alim?
4. Bagaimanakah relevansi pendidikan yang diajarkan Burhanuddin Az-zurnuzi?
II. PEMBAHASAN
A. Riwayat Hidup Az-Zarnuji dan Pemikirannya
Sedikit sekali buku yang mengungkapkan sejarah kelahiran Zarnuji.Hal ini juga diungkapkan Dr. Muhammad Abdul Qadir Ahmad.Mengenai tempatkelahirannya tidak ada keterangan yang pasti. Namun jika dilihat darinisbahnya, yaitu Az-Zarnuji, maka sebagian peneliti mengatakan bahwa iaberasal dari Zaradj. Dalam hubungan ini Abd al-Qadir Ahmad mengatakan:bahwa Az-Zarnuji berasal dari suatu daerah yang kini dikenal dengan namaAfganistan.[4]Nama Zarnuji yang sebenarnya adalah Burhanuddin al-Zarnuji.Karya Az-Zarnuji yang berjudul Ta’allim al Muta’allim ditulis denganbahasa Arab.Kemampuannya berbahasa Arab tidak bisa dijadikan alasan bahwa beliau keturunan Arab. Beberapa referensi telah penulis telaah dan tidakditemukan bahwa az-Zarnurji adalah bangsa Arab, namun bisa jadi hal itubenar, sebab pada masa penyebaran agama Islam banyak orang Arab yangmenyebarkan agama Islam ke berbagai negeri, kemudian bermukim di tempatdi mana ia menyebarkan agama Islam, disamping itu tidaklah berlebihan kalauAz-Zarnuji dikatakan sebagai filosof, sebab disamping kitab Ta’allim al-Muta’allim mempunyai etika juga megandung nilai-nilai filsafat utukmembuktikan Az-Zarnuji adalah seorang filosof dan pemikiran filsafatnyalebih dekat dengan Al-Gazali. Malah kita lihat jejak Al-Gazali tampak dalambukunya.
Adapun mengenai tahun lahirnya, setidaknya ada dua pendapat yang dapat dikemukakan.Pertama, pendapat yang mengatakan beliau wafat pada tahun 591 H./1195 M. Sedangkan pendapat yang kedua mengatakan bahwaAz-Zarnuji wafat pada tahun 840 H./1243 M. Sementara itu ada pula pendapatketiga yang mengatakan bahwa beliau hidup semasa dengan Rida ad-Din an- Naisaburi yang hidup antara tahun 500-600 H.[5]Pada saat itu, walaupun keadaan politik Daulah Islamiyah telah merosot,tetapi ilmu pengetahuan tambah maju seperti yang digambarkan Ahmad Amin; kalau dari segi politik dianggap lemah, maka sesungguhnya pada zaman itu(467-656 / 1075-1261) tidaklah lemah dari ilmu pengetahuan. DaulahIslamiyah pada periode itu lebih tinggimartabatnya dalam ilmu pengetahuandibandingkan abad sebelumnya.kalau memang kekuasaan politik mulaiberguguran, tetapi sinar ilmu pengetahuan tambah bercahaya.[6]Dengan demikian, berarti Az-Zarnuji hidup di masa kejayaan ilmupengetahuan berlangsung sampai ke abad empat belas.Perlu diingat, bahwapengetahuan pada saat itu belum merupakan cabang ilmu sendiri, tetapidikelompokkan pada bidang peradaban.
1. Pendidikan Az-Zarnuji
Az-Zarnuji menuntut ilmu di Bukhara dan Samarkan, yaitu ibu kota yang menjadi pusat keilmuan, pengajaran dan lain-lainnya. masjid-masjid di kedua kota tersebut dijadikan sebagai lembaga pendidikan dan diasuh oleh beberapaguru besar seperti Burhanuddin Al-Marginani, Syamsuddin Abdil WajdiMuhammad bin Muhammad bin Abdul Satar, selain itu banyak guru Az-Zarnuji yang pendapat-pendapat mereka banyak diangkat dalam karyanyaTa’allim al Muta’allim hinga kini banyak dikaji ulang oleh orang-orang Islam di berbagai negara Islamtermasuk Indonesia.Selain tiga orang di atas, Az-Zarnuji juga berguru kepada Ali Bin AbiBakar Bin Abdul Jalil Al Farhani, Ruknul Islam Muhammad bin Abu Bakar yang dikenal dengan nama Khawahir Zada, seorang mufti Bukhara yang ahlidalam bidang fiqih, sastra dan syair, Hammad Bin Ibrahim ahli fiqih, sastradan ilmu kalam, Fakhuruddin Al-Kasyani, Rukhnuddin al-Farhami ahli fiqih,sastra dan syair. Ia juga belajar kepada Al-Imam Sadiduddin Asy-Syirazi.[7]
2. Situasi Pendidikan Pada Jaman Az-Zarnuji
Dalam sejarah kita mencatat, paling kurang ada lima tahapanpertumbuhan dan perkembangan dalam bidang pendidikan Islam. Pertamapendidikan pada masa Nabi Muhammad SAW (571-632 H).Kedua pada masaKhulafaur Rasyidin (632-661 M).Ketiga pada masa Bani Umayyah di Damsyik(661-1250M) Keempat pada masa kekuasaan Abassiah di Bagdad (750- 1250M).danpada kelima pendidikan pada masa jatuhnya kekuasaan Khalifahdi Bagdad(1250-sampai sekarang.)[8]
Di atas disebutkan bahwa Az-Zarnuji hidup sekitar abad ke-12 dan awal abad ke-13 (591-640 h 1195-1243 M.) Dari kurun waktu tersebut dapatdiketahui bahwa Az-Zarnuji hidup pada masa yang keempat dari periodepertumbuhan dan perkembangan pedidikan Islam sebagaimana disebut di atas,yaitu antara tahun 750-1250 M. Dalam catatan sejarah, periode ini merupakanzaman keemasan atau zaman kejayaan peradaban Islam umumnya dan khususnya pendidikan Islam. Dalam hubungan ini, Hasan Langgulungmengatakan: “ Zaman keemasan Islam ini mengenai dua pusat, yaitu kerajaanAbbasyiah yang berpusat di Bagdad yang berlangsung kurang lebih lima abad(750-1258 M.) dan kerajaan Umaiyah di Spanyol yang berlangsung kuranglebih delapan abad (711-1492 M.)”.[9]Pada masa itu, kebudayaan Islam berkembang dengan pesatnya yangditandai dengan munculnya berbagai lembaga pendidikan, mulai dari tingkatdasar sampai pada tingkat perguruan tinggi.Di antara lembaga-lembaga tersebut adalah Madrasah Nizhamiyah yang didirikan oleh Nizham al-Muluk(457 H.)Madrasah An-Nuriyah al-Kubra yang didirikan oleh NuruddinMahmud Zanki pada tahun 563 H/1167M. di Damaskus dengan cabangnyayang amat banyak di kota Damaskus ada pula madrasah Al-Mustansiriyah yangdidirikan oleh Khalifah Abbasiyah, Al-Mustansir Billah di Bagdad pada tahun 631 H./1234 M. sekolah Al-Mustansiriyah ini sebagaimana disebutkan Abuddin Nata dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang memadai seperigedung berlantai dua, aula, perpustakaan dengan kurang lebih 80.000 bukukoleksi, halaman dan lapangan yang luas, masjid, balai pengobatan dan lainsebagainya. Keistimewaan lainnya yang dimiliki Madrasah ini adalah karena mengajarkan ilmu fikih dalam empat mazhab (Maliki, Hanafi, Syafi`i danAhmad ibn Hambal).[10]Dengan memperhatikan imformasi tersebut di atas tampak jelas bahwaAz-Zarnuji hidup pada masa ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam tengahmencapai puncak keemasan dan kejayaan.[11]
B. Pemikiran Az-Zarnuji dan Karyanya
Buku Ta`lim al-Muta`allim adalah satu-satunya karya Az-Zarnuji. Namunbukan berarti tidak ada karya beliau yang lain. Sebab logikanya seorang alimseperti Az-Zarnuji yang selalu berkecimpung di dunia pendidikan bahkanseluruh hidupnya ia gunakan untuk pendidikan. Di samping itu, guru-guru Az-Zarnuji dan orang-orang seangkatan dengannya banyak menulis kitab. Jadimenurut penulis mungkin saja Az-Zarnuji menulis kitab lain dari yangdisebutkan tetapi tidak diterbitkan.
Di Indonesia, kitab Ta`lim al-Muta`allim Thuruq al-Ta`alum dikaji dandipelajari hampir di setiap lembaga pendidikan Islam, terutama lembagapendidikan tradisional seperti pesantren, bahkan di pondok pesantren modernsekalipun, seperti halnya di pondok pesantren Gontor Ponorogo, Jawa Timur.Pada dasarnya ada beberapa konsep pendidikan Zarnuji yang banyakberpengaruh dan patut diindahkan: 1) motivasi dan penghargaan yang besar terhadap ilmu pengetahuan dan ulama; 2) konsep filter terhadap ilmupengetahuan dan ulama; 3) pendekatan-pendekatan teknis pendayagunaanpotensi otak, baik dalam terapi alamiyah atau moral-psikologis.Point-point ini semuanya disampaikan Zarnuji dalam konteks moral yangketat. Maka, dalam banyak hal, ia tidak hanya berbicara tentang metode belajar,tetapi ia juga menguraikannya dalam bentuk-bentuk teknis.Namun walaupun demikan, bentuk-bentuk teknis pendidikan ala Zarnujiketika dibawa ke dalam wilayah dengan basis budaya modern, terkesancanggung. Saat itulah, Ta’lim kemudian banyak dipandang secara “tidak adil”(baca: apriori), ditolak dan disudutkan.Tetapi menurut penulis, terlepas dari pro-kontra kelayakannya sebagaimetodologi pendidikan, yang jelas Zarnuji dalam cermin besarnya telahmemberikan sebuah nuansa tentang pendidikan ideal; sebuah pendidikan yangbermuara pada pembentukan moral.Secara umum kitab ini berisikan tiga belas pasal yang singkat-singkat,yaitu; 1) Pengertian Ilmu dan Keutamaannya; (2).Niat di kala belajar; (3).Memilih ilmu, guru dan teman serta ketahanan dalam belajar; (4).Menghormati ilmu dan ulama; (5).Ketekunan, kontiunitas dan cita-cita luhur;(6).Permulaan dan intensitas belajar serta tata tertibnya; (7).Tawakal kepada Allah; (8).Masa belajar; (9).Kasih sayang dan memberi nasehat, (10).Mengambil pelajaran, (11).Wara (menjaga diri dari yang haram dan syubhat)pada masa belajar, (12).Penyebab hafal dan lupa, dan (13).Masalah rezeki danumur.
Dari ke 13 bab pembahasan di atas, berdasarkan analisa MochtarAffandi[12] bahwa dari segi metode belajar yang dimuat Zarnuji dalam kitabnyaitu meliputi dua kategori. Pertama, metode bersifat etik.Kedua, metode yangbersifat strategi. Metode yang bersifat etik antara lain mencakup niat dalambelajar; sedangkan metode yang bersifat teknik strategi meliputi cara memilihpelajaran, memilih guru, memilih teman dan langkah-langkah dalam belajar.
Apabila dianalisa maka akan kelihatan dengan jelas Zarnuji mengutaka metode yang bersifat etik, karena dalam pembahasannya beliau cenderungmengutamakan masalah-masalah yang bernuansa pesan moral.
1. Metode Belajar dalam Kitab Ta`Lim al-Muta`allim
Zarnuji menguraikan dan memaparkan metode belajar itu dari beberapa sisi yang hirarkis dan saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya.Kisi-kisi atau aspek-aspek yang hirarkis yang berhubungan antara satu denganyang lainnya itu adalah bahwa dalam proses belajar itu tidak dapat lepas daribeberapa komponen yang saling mendukung agar mendapat ilmu yangbermanfaat bagi dirinya dan masyarakat. Metode belajar itu dijelaskan Zarnujidalam 13 pasal.
2. Hakikat ilmu dan keutamaannya (Fi Mahiyah al-‘Ilmi wa al-fiqhi waFadlih)
Menurut Zarnuji ilmu adalah suatu sifat yang dengannya dapat menjadi jelas pengertian sesuatu yang disebut.[13]Ia mengatakan, tidak ada ilmu kecualidengan diamalkan dan mengamalkannya adalah meninggalkan tujuan duniawiuntuk tujuan ukhrawi. Setiap orang sebaiknya tidak sampai melupakan dirinyadari hal-hal yang berguna, agar akal dan ilmu tidak menjadi dalih danmenyebabkannya bertambah maksiat.[14]
3. Kewajiban belajar
Dalam Islam mencari ilmu adalah kewajiban yang tidak dapat ditawarmulai dari buaian sampai liang lahad. Menuntut ilmu wajib bagi muslim danmuslimat. Nabi Saw. bersabda: Carilah ilmu walaupun di negeri Cina. Hal inijuga sesuai dengan konteks pendidikan yang telah dikonsep oleh UNESCObahwa orang hidup harus mencari ilmu (long life education). Zarnuji dalam kitabini menjelaskan bahwa bukan semua ilmu yang wajib dituntut oleh seorangmuslim, tetapi yang wajib baginya adalah menuntut ilmu hal (ilmu yangmenyangkut kewajiban sehari-hari sebagai muslim, seperti ilmu tauhid, akhlakdan fikih) beliau mengutip hadis :Wajib pula bagi muslim mempelajari ilmu yang menjadi prasyarat untukmenunaikan sesuatu yang menjadi kewajibannya. Dengan demikian wajibbaginya mempelajari ilmu mengenai jual beli bila berdagang. Wajib pulamempelajari ilmu yang berhubungan dengan orang lain dan berbagai
pekerjaan. Maka setiap orang yang terjun pada suatu profesi harus mempelajari ilmu yang menghindarkannya dari perbuatan haram di dalamnya. Kemudian setiap muslim wajib mempelajari ilmu yang berkaitan denganhati, seperti tawakkal (pasrah kepada Allah), inabah (kembali kepala Allah), khauf (takut kepada murka Allah). danrida (rela atas apa yang ditakdirkan Allahatas dirinya).
Perlu digarisbawahi bahwa dalam pembagian ilmu, Zarnuji membagi ilmu pengetahuan kepada empat kategori.[15]Pertama, ilmu fardhu `ain, yaitu ilmuyang wajib dipelajari oleh setiap muslim secara individual.Adapun kewajibanmenuntut ilmu yang pertama kali harus dilaksanakan adalah mempelajari ilmutauhid, yaitu ilmu yang menerangkan keesaan Allah beserta sifat-sifat Nya.Baru kemudian mempelajari ilmu-ilmu lainnya, seperti fiqih, shalat, zakat, hajidan lain sebagainya yang kesemuannya berkaitan dengan tatacara beribadahkepada Allah.
Kedua, ilmu fardhu kifayah, ilmu yang kebutuhannya hanya dalam saatsaattertentu saja seperti ilmu shalat jenazah.Dengan demikian, seandainya adasebagian penduduk kampung telah melaksanakan fardhu kifayah tersebut,maka gugurlah kewajiban bagi yang lainnya.Tetapi, bilamana seluruhpenduduk kampung tersebut tidak melaksanakannya, maka seluruh pendudukkampung itu menanggung dosa.Dengan kata lain, ilmu fardhu kifayah adalah ilmu di mana setiap umat Islam sebagai suatu komunitas diharuskanmenguasainya, seperti ilmu pengobatan, ilmu astronomi, dan lain sebagainya.
Ketiga, ilmu haram, yaitu ilmu yang haram untuk dipelajari seperti ilmunujum (ilmu perbintangan yang biasanya digunakan untuk meramal). Sebab,hal itu sesungguhnya tiada bermamfaat dan justru membawa marabahaya,karena lari dari kenyataan takdir Allah tidak akan mungkin terjadi.
Keempat, lmu jawaz, yaitu ilmu yang hukum mempelajarinya boleh karenabermamfaat bagi manusia. Misalnya ilmu kedokteran, yang denganmempelajarinya akan diketahui sebab dari segala sebab (sumber penyakit). Halini diperbolehkan karena Rasullah Saw.Juga memperbolehkan.
4. Keutamaan ilmu
Zarnuji menyebutkan keutamaan ilmu hanya karena ia menjadi wasilah(pengantar) menuju ketakwaan yang menyebabkan seseorang berhak mendapatkemuliaan di sisi Allah SWT. dan kebahagiaan yang abadi.[16]Dengan ilmu,Allah memberikan kemuliaan kepada Nabi Adam as.atas para malaikat danAllah menyuruh mereka sujud kepada Adam, mereka sujud kecuali Iblis yangangkuh. Firman Allah :
Artinya : dan ingatlah ketika kami berfirman kepada para malaikat, “ sujudlah kamu kepada Adam!” maka merekapun sujud kecuali Iblis.[17]Ia menolak danmenyombongkan diri, dan Ia termasuk golongan yang kafir.
C. Niat Waktu Belajar (Finniyati fi al-Hal at-Ta’alum)
1. Pentingnya niat belajar
Zarnuji menjelaskan bahwa niat adalah azas segala perbuatan, maka dariitu adalah wajib berniat dalam belajar.[18] Konsep niat dalam belajar inimengacu kepada hadis Nabi saw:
“Hanyasanya semua pekerjaan itu harus mempunya niat, dan hanyasanya setiappekerjaan itu apa yang ia niatkan".(HR. Bukhari)[19]Dengan demikan amal yang berbentuk duniawi seperti makan, minumdan tidur bisa jadi amal ukhrawi dengan niat yang baik. Dan sebaliknya amalyang berbentuk ukhrawi seperti shalat, membaca zikir jadi amal duniawidengan niat yang jelek seperti riya. Zarnuji berpendapat bahwa belajar adalahsuatu pekerjaan, ia harus mempunya niat belajar.
2. Niat yang baik dan niat yang buruk
Dalam belajar hendaklah berniat untuk: (a). Mencari ridha Allah ‘Azza wa Jalla, (b). Memperoleh kebahagiaan akhirat, (c). Berusaha memerangi kebodohan pada diri sendiri dan kaum yang bodoh, (d). Mengembangkan danmelestarikan Islam, (e). Mensukuri nikmat akal dan badan yang sehat.[20]
Kutipan gubahan Syekh Burhanuddin[21]:
“Sungguh merupakan kehancuran yang besar seorang alim yang tak peduli,dan lebih parah dari itu seorang bodoh yang beribadah tanpa aturan, keduanyamerupakan fitnah yang besar di alam semesta bagi orang-orang yangmenjadikan keduanya sebagai pedoman”.
Ini mengisyaratkan bahwa orang yang pandai tetapi kependaiannya hanyauntuk dirinya sendiri tanpa memikirkan orang lain itu tidak berarti, begitu jugaorang bodoh beribadah ibadahnya bias batal atau ia akan mudah terjerumus kealiran sesat.
3. Sikap dalam berilmu
Di samping itu Zarnuji menyebutkan agar penuntut ilmu yang telahbersusah payah belajar, agar tidak memanfaatkan ilmunya untuk urusan-urusanduniawi yang hina dan rendah nilainya.Untuk itu kata Zarnuji hendaklah seseorang itu selalu menghiasi dirinyadengan akhlak mulia[22].Jadi yang perlu dicamkan adalah bahwa dalam mencariilmu harus dengan niat yang baik sebab dengan niat itu dapat menghantarkanpada pencapaian keberhasilan. Niat yang sungguh-sungguh dalam mencariilmu adalah keridhaan Allah akan mendapatkan pahala. Tidak diperkenankandalam mencari ilmu untuk mendapatkan harta banyak.
D. Memilih Ilmu, Guru dan Kawan
1. Ilmu prioritas
Seluruh penuntut ilmu, baik pelajar maupun mahasiswa hendaklahmemilih ilmu yang terbaik baginya, berguna untuk agama, di waktu itu dan dimasa-masa yang akan datang (mendatang). Salah satu ilmu yang perludiprioritaskan adalah ilmu tauhid dan ma’rifat karena menurut Zarnuji berimansecara taklid (mengikuti pendapat orang lain tanpa mengetahui dalilnya),meskipun sah tetapi tetap berdosa, karena tidak berusaha mengkaji dalilnya.
Menurut Zarnuji seorang pelajar perlu bermusyawarah dalam segala hal.karena Allah memerintahkan Rasulullah Saw. untuk bermusyawarah dalamsegala hal, padahal tak seorangpun yang lebih cerdas darinya. Rasulullahbermusyawarah bersama para sahabatnya, bahkan dalam urusan kebutuharumah tangga.Ali ibn Abi Thalib mengatakan: ada orang yang utuh (rajul), setengahorang (nisf rajul) dan ada orang yang tidak berarti (la syai`). Orang yang utuhadalah orang yang memiliki pendapat yang benar dan mau bermusyawarah.Setengah orang adalah orang yang memiliki pendapat yang benar, tetapi tidakmau bermusyawarah atau mau bermusyawarah tetapi tidak mempunyaipendapat.Sedangkan orang yang tidak berarti adalah orang yang tidakmempunyai pendapat dan tidak mau bermusyawarah.
3. Teguh dan sabar dalam belajar
Zarnuji mengatakan kesabaran dan keteguhan merupakan modal yang besar dalam segala hal.Seorang pelajar harus sabar menghadapi berbagaicobaan dan bencana.Di samping berjiwa sabar dalam menuntut ilmu, jugadiperlukan bekal yang memadai dan waktu yang cukup serta kemampuan otak.Kedua hal tersebut mampu membantu dalam penuntut ilmu untuk mengembangkan jati diri menjadi penuntut ilmu yang baik serta tauladan.
E. Relevansi Konsep Pendidikan Az-Zarnuji Terhadap Pendidikan Kontemporer.
Berangkat dari pemikiran Konsep Pendidikan Az-Zarnuji saya akan mencoba menganalis relevansi terhadap pendidikan kontemporer sekarang ini.
Dari beberapa aspek diatas saya akan memberikan relevansinya terhadap pendidikan kontemporer pada saat-saat ini, seperti aspek guru, mereka memberikan sebuah pendapat bahwa guru paling tidak harus memiliki tiga kualifikasi dasar, yaitu menguasi materi, memiliki keperibadian yang luhur, dan penuh kasih sayang. Dengan demikian , ucapan , cara bersikap , dan tingkah laku seorang guru ditujukan agar seorang siswa bisa menjadi insan kamil, yakni sempurna dalam kecamata peradaban manusia dan sempurna dalam standar agama. Pandangan yang telah diterangkan Az-Zarnuji ini sangat relevan sekali jika diterapkan pada masa saat- saat ini. Karena guru diibaratkan sebagai ganti dari orang tua di dalam pencapaian dunia pendidikan.
Selanjutnya mengenai aspek metode, Az-Zarnuji memberikan metode yang sifatnya tehnik strategi mencakup cara memilih pelajaran, memilih guru, memilih teman dan langkah-langkah dalam belajar. Yang mungkin selama ini diabaikan dalam dunia pendidikan, harus diperkenalkan kembali. Dari pendapat ini kita aplikasikan terhadap pendidikan pada masa sekarang ini sangat relevan sekali.
Mengenai Aspek murid ada enam syarat bagi murid atau penuntut ilmu, yakni modal, semangat, waktu yang memadai, petunjuk guru, keuletan, (kesabaran) dan kecerdasan. Syarat-syarat ini sangat relevan sekali jika di miliki oleh seorang murid atau penuntut ilmu. Bahkan konsep ini juga di lembagakan oleh barat sehingga baratlah yang memetik hasilnya. Tidak mengherankan jika awal abad ini buku Ta’limul Muta’allim banyak di diterjemah ke dalam bahasa inggris.
III. PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Nama lengkapnya adalah Burhanuddin Al-Islam Az-Zarnuji, dikalangan para ulama belum ada kepastian mengenai tanggal kelahirannya, akan tetapi mengenai kewafatannya terdapat dua pendapat, pertama mengatakan bahwa beliau wafat pada tahun 591 H/1195 M, dan pendapat yang kedua yaitu bahwa beliau wafat pada tahun 840 H/ 1243 H, di samping kedua pendapat tersebut terdapat pula keterangan bahwa Burhanuddin Al- Islam Az-Zarnuji hidup semasa dengan Rida ad-Din an-Naisaburi yang hidup antara tahun 500-600 H, atau abad ke-6 Hijrah bersamaan abad ke-12 Masihi.
Begitu juga tidak ada kejalasan secara pasti tempat kelahirannya, akan tetapi dilihat dari nasabnya, yaitu Az-Zarnuji berasal dari Zaradj atau yang kini dikenal dengan nama Afganistan.
Mengenai riwayat pendidikannya dapat diketahui bahwa Az-Zarnuji menuntut ilmu di Bukhara dan Samarkand, yaitu kota yang menjadi pusat ilmu pengetahuan pada saat itu. Dan yang menajdi guru beliau di sana di antaranya Burhanuddin al-Marginani, Syamsuddin Abd al-Wajdi Muhammad bin Muhammad bin Abd as-Sattar al-Amidi, selain itu juga beliau juga belajar kepada Ruknuddin al-Firginani (seorang ahli fiqh, sastarawan, dan penyair) yang wafat tahun 594 H/ 1196 M, Hammad bin Ibrahim (Seorang ahli kalam, sastrawan dan penyair) wafat tahun 594 H/ 1170 M, dan Ruk Al-Islam Muhaamd bin Abi Bakar atau yang dikenal dengan nama Khawahir Zada ( Mufti Bukhara dan ahli fiqh ) yang wafat tahun 573 H/ 1177 M. dan lain sebagianya. Dengan demikian dapat diketahui bahwa Az-Zarnuji bukan hanya ahli dalam bidang pendidikan tapi juga unggul dalam dunia fiqh, tasawwf, sastra dan ilmu kalam.
Tetapi beliau ini hanya tersohor dalam dunia pendidikan sesuai buku yang beliau karang yaitu Ta`lim al-Muta`allim Tariqatta`llum
2. 13 konsep yang dikembangkan Burhanudin Az-zunurzi yakni : 1) Pengertian Ilmu dan Keutamaannya; (2). Niat di kala belajar; (3). Memilih ilmu, guru dan teman serta ketahanan dalam belajar; (4). Menghormati ilmu dan ulama; (5). Ketekunan, kontiunitas dan cita-cita luhur; (6). Permulaan dan intensitas belajar serta tata tertibnya; (7). Tawakal kepada Allah; (8). Masa belajar; (9). Kasih sayang dan memberi nasehat, (10). Mengambil pelajaran, (11). Wara (menjaga diri dari yang haram dan syubhat) pada masa belajar, (12). Penyebab hafal dan lupa, dan (13). Masalah rezeki dan umur.
3. Pertama, metode bersifat etik. Kedua, metode yang bersifat strategi. Metode yang bersifat etik antara lain mencakup niat dalam belajar; sedangkan metode yang bersifat teknik strategi meliputi cara memilih pelajaran, memilih guru, memilih teman dan langkah-langkah dalam belajar.
Apabila dianalisa maka akan kelihatan dengan jelas Zarnuji mengutaka metode yang bersifat etik, karena dalam pembahasannya beliau cenderung mengutamakan masalah-masalah yang bernuansa pesan moral.
4. Dari beberapa aspek diatas saya akan memberikan relevansinya terhadap pendidikan kontemporer pada saat-saat ini, seperti aspek guru, mereka memberikan sebuah pendapat bahwa guru paling tidak harus memiliki tiga kualifikasi dasar, yaitu menguasi materi, memiliki keperibadian yang luhur, dan penuh kasih sayang. Dengan demikian , ucapan , cara bersikap , dan tingkah laku seorang guru ditujukan agar seorang siswa bisa menjadi insan kamil, yakni sempurna dalam kecamata peradaban manusia dan sempurna dalam standar agama. Pandangan yang telah diterangkan Az-Zarnuji ini sangat relevan sekali jika diterapkan pada masa saat- saat ini. Karena guru diibaratkan sebagai ganti dari orang tua di dalam pencapaian dunia pendidikan.
B. KRITIK DAN SARAN
Alhamdulillah sehubungan telah terselesaikan ringkasan tentang 13 konsep filosofis Burhanudin Az-zunurzi dalam kitab Ta’lim muta’lim saya mengucapkan banyaknya haturan terimakasih. Kurang dan lebihnya mohon dimaafkan karena yang kurang adalah saya sebagai manusia dan yang maha lebih adalah allah SWT. Jika ada yang tidak berkenan dihai pembaca mohon dikritik dan diberikan saran untuk terciptanya pembangunan jati diri kearah yang lebih baik lagi.
C. DAFTAR PUSTAKA
FERDIANSYAH Mahasiswa Jurusan TARBIYAH , Prodi PENDIDIKAN AGAMA ISLAM , Lokal : E
Zainuddin, dkk Seluk-beluk Pendidikan dari al-Ghazali, Jakarta: Bumi Aksara, 1991.
Az-Zarnuji, Ta`lim al-Muta`allim, Ter. Aliy As`ad, Kudus: Manara Kudus, 1978.
Muhammad Abd al-Qadir Ahmad, Ta`lim al-Muta`allim Tariq at- Ta`alum, Bairut; Mathba`ah al-Sa`adah, 1986.
Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta : Rajagrafindo Persada,2003.
Hasjmy, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1978.
Zuharini, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1992.
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan, Jakarta : Pustaka al Husna, 1989.
Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad ke-21, Jakarta: Pustaka al-Husna, 1989.
Mochtar Affandi, The Methode of Muslim Learning as Illustrated in Az-Zarnuji`s Ta`lim al-Muta`allim, Tesis, (Montreal : Institute of Islamic Studies McGill University, 1990).
Baharuddin, Esa Nurwahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, 2007).
Said Sabiq, Fiqih Sunnah, Jilid I, (Jeddah, Al-Khidmatul Hadistah, 1365 H).
[1]FERDIANSYAH Mahasiswa Jurusan TARBIYAH , Prodi PENDIDIKAN AGAMA ISLAM , Lokal : E
[4]Muhammad Abd al-Qadir Ahmad, Ta`lim al-Muta`allim Tariq at- Ta`alum, (Bairut;Mathba`ah al-Sa`adah, 1986), hlm. 10.
[5]Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam (Jakarta : Rajagrafindo Persada,2003), hlm. 103
[9]Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan(Jakarta : Pustaka al Husna, 1989), cet. II, hlm.13.
[11]Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad ke-21, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1989), cet. I, hlm. 99.
[12]Mochtar Affandi, The Methode of Muslim Learning as Illustrated in Az-Zarnuji`s Ta`lim al-Muta`allim, Tesis, (Montreal : Institute of Islamic Studies McGill University, 1990), hlm. 19
[13]Az-Zarnuji, Ta’lim…, hlm. 9
[14]Ibid.
[15]Baharuddin, Esa Nurwahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Ar-Ruzz Media,Jogjakarta, 2007) ,hlm.53
[16]Zarnuji, Ta’lim..., hlm. 10
[17]Iblis termasuk kelompok Jin yang diperintahkan untuk sujud. (Lihat : Al-Quranterjemah, yang diterjamhkan Lajnah Pentashih Mushaf al-Quran Departemen Agama RI,Syamil Cipta Media, Bandung), hlm. 6
[18]Zarnuji, Ta’lim..., hlm. 10
[19]Said Sabiq, Fiqih Sunnah, Jilid I, (Jeddah, Al-Khidmatul Hadistah, 1365 H), hlm, 125
[20]Zarnuji, Ta’lim..., hlm. 10
[21]Ibid.